Miliarder Pro-Trump Telan Pil Pahit Akibat Kebijakan Ekonomi Trump
Dukungan sejumlah miliarder terhadap Donald Trump dalam pemilihan presiden 2024 lalu kini berbalik menjadi penyesalan. Kebijakan perang tarif yang diterapkan pemerintahan Trump terbukti membawa dampak buruk bagi perekonomian Amerika Serikat, bahkan memicu kekhawatiran resesi.
Penyesalan Bill Ackman: Dulu Mendukung, Kini Mengkritik Pedas
Salah satu miliarder yang kini merasakan akibatnya adalah Bill Ackman. Dulu lantang mendukung Trump, kini Ackman gencar mengkritik kebijakan ekonomi sang mantan presiden. Melalui cuitannya di media sosial, Ackman mengungkapkan kekecewaannya terhadap strategi tarif yang dinilai merusak posisi negosiasi negara. Ia bahkan menyerukan pemecatan penasihat yang merekomendasikan kebijakan tersebut kepada Trump.
“Dengan memberlakukan tarif besar dan tidak proporsional pada teman dan musuh, dan dengan demikian meluncurkan perang ekonomi global melawan seluruh dunia sekaligus, kita sedang dalam proses menghancurkan kepercayaan pada negara kita sebagai mitra dagang, sebagai tempat untuk berbisnis, dan sebagai pasar untuk menginvestasikan modal,” ujar Ackman.
Kepanikan di Wall Street dan Kritik dari Tokoh Ternama Lainnya
Kepanikan tidak hanya melanda Ackman. Banyak tokoh di Wall Street yang kini merasa khawatir dengan kondisi ekonomi yang semakin memburuk. Sejumlah miliarder lain, termasuk Elon Musk dan Larry Fink, juga turut menyuarakan kritik terhadap kebijakan perang tarif Trump.
- Elon Musk, meskipun secara halus, telah menyatakan kekhawatirannya.
- Kimbal Musk, saudaranya, bahkan menyebut Trump sebagai presiden Amerika dengan pajak tertinggi karena strategi tarifnya membebani konsumen.
- Larry Fink, CEO BlackRock, memperingatkan bahwa tarif dapat menekan pasar saham hingga 20 persen lebih lanjut.
Kerugian Finansial yang Signifikan
Kebijakan perang tarif ini tidak hanya berdampak pada sentimen pasar, tetapi juga merugikan secara finansial. Dana investasi utama Ackman, Pershing Square Holdings, dilaporkan mengalami penurunan nilai saham sebesar 15 persen tahun ini. Saham perusahaan-perusahaan besar seperti Nike, Chipotle, dan Alphabet pun turut terdampak.
Evaluasi Kebijakan dan Dampak Jangka Panjang
Kritik tajam juga datang dari miliarder Ken Fisher, yang menyebut kebijakan tarif sebagai tindakan “bodoh, salah, arogan, ekstrem, dan bodoh secara perdagangan.” Kondisi ini memaksa para pendukung Trump untuk mengevaluasi kembali dukungan mereka dan mempertimbangkan dampak jangka panjang kebijakan tersebut terhadap perekonomian global. Bahkan, kekayaan para tokoh terkaya di dunia, termasuk Mark Zuckerberg dan Jeff Bezos, dilaporkan menyusut lebih dari $200 miliar dalam satu hari akibat kebijakan ini. Ironisnya, pepatah lama kembali terbukti: bermain-main dengan hal bodoh, akan mendapatkan hasil yang bodoh pula.
Leave a Reply