Wabah Antraks Ancam Populasi Kuda Nil di Afrika
Kabar duka datang dari Republik Demokratik Kongo. Sebuah wabah antraks telah menyebabkan kematian massal pada kuda nil di Taman Nasional Virunga, taman nasional tertua di Afrika. Dilaporkan setidaknya 50 kuda nil, serta beberapa hewan besar lainnya, menjadi korban penyakit bakteri mematikan ini.
Menurut laporan dari berbagai sumber, termasuk Direktur Taman Nasional Virunga, Emmanuel de Merode, bangkai kuda nil ditemukan mengambang di sungai sebelah selatan Danau Edward. Kendala logistik dan akses yang sulit menghambat proses evakuasi dan penguburan bangkai tersebut.
Upaya Penanganan Wabah Antraks
Pihak berwenang sedang berupaya untuk menanggulangi penyebaran antraks lebih lanjut. “Kami memiliki sarana untuk membatasi penyebaran (penyakit) dengan… menguburnya dengan soda kaustik,” ujar De Merode.
Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini dapat menyerang manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewani yang terkontaminasi, serta melalui inhalasi spora bakteri yang ada di tanah. Meskipun vaksin antraks tersedia untuk hewan ternak dan individu berisiko tinggi, wabah ini tetap menjadi ancaman serius bagi populasi hewan liar.
Sejarah Wabah Antraks pada Kuda Nil
Sayangnya, ini bukan pertama kalinya wabah antraks menyerang populasi kuda nil di Afrika. Sebelumnya, wabah serupa pernah terjadi di Namibia pada tahun 2017 dan Uganda pada tahun 2004, menyebabkan kematian ratusan kuda nil.
- 2017: Lebih dari 100 kuda nil tewas di Taman Nasional Bwabwata, Namibia.
- 2004: Sekitar 300 kuda nil tewas di Taman Nasional Queen Elizabeth, Uganda.
Ancaman bagi Populasi Kuda Nil yang Rentan
Kematian puluhan kuda nil akibat antraks ini menjadi pukulan berat bagi populasi yang sudah rentan. Akibat perburuan liar dan konflik selama beberapa dekade, jumlah kuda nil di Taman Nasional Virunga menurun drastis dari 20.000 menjadi hanya beberapa ratus ekor pada tahun 2006. Upaya konservasi telah berhasil meningkatkan populasi menjadi sekitar 1.200 ekor, namun wabah ini mengancam keberhasilan tersebut.
Institut Konservasi Alam Kongo telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat sekitar untuk menghindari kontak dengan satwa liar dan merebus air dari sumber lokal sebagai langkah pencegahan.
Leave a Reply