Tarif Trump Ancam Industri Farmasi: J&J Tanggung Biaya Tambahan $400 Juta

Tarif Trump Memukul Industri Farmasi: Johnson & Johnson Merugi Ratusan Juta Dolar

Raksasa farmasi Johnson & Johnson (J&J) memperkirakan akan menanggung biaya tambahan sekitar $400 juta akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Angka ini bahkan belum termasuk potensi tarif baru untuk produk farmasi yang rencananya akan segera diterapkan.

Meskipun J&J berhasil melampaui ekspektasi pendapatan dengan kenaikan 2,4% menjadi $21,89 miliar dan laba mencapai $11 miliar pada kuartal pertama, perusahaan memperingatkan para analis tentang dampak tarif impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif baja dan aluminium. Dampak tarif ini diperkirakan akan terasa secara luas, mempengaruhi berbagai lini produk J&J, terutama produk yang diekspor dari AS ke China yang terkena tarif balasan.

J&J Minta Insentif Pajak sebagai Kompensasi Tarif

Para eksekutif J&J secara terbuka menyerukan kepada pemerintahan Trump untuk menurunkan pajak sebagai kompensasi atas dampak negatif tarif. CFO J&J, Joseph Wolk, menyatakan bahwa pemotongan pajak akan sangat membantu bisnis. CEO Joaquin Duato juga menekankan bahwa kebijakan pajak yang tepat lebih efektif dalam membangun kapasitas manufaktur di AS daripada tarif perdagangan.

Trump sendiri tengah berupaya memperpanjang pemotongan pajak tahun 2017. Namun, rencana ini masih menghadapi tantangan dari beberapa anggota Partai Republik yang konservatif.

Potensi Resesi dan Ketahanan Industri Kesehatan

J&J meyakini bahwa industri kesehatan relatif tahan terhadap resesi, mengingat kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan tetap tinggi. Namun, kebijakan tarif obat yang diusulkan Trump dapat menimbulkan masalah baru.

Ancaman Tarif Obat dan Dampaknya pada Ketersediaan Obat Generik

Trump berargumen bahwa tarif obat akan membawa lebih banyak lapangan kerja manufaktur ke AS dan mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan asing. Namun, mantan Komisioner FDA, Dr. Scott Gottlieb, memperingatkan bahwa obat generik akan menjadi yang paling terpukul oleh tarif, yang berpotensi menyebabkan kekurangan obat.

“Produsen obat generik memiliki margin keuntungan yang tipis. Jika tarif diberlakukan, banyak dari mereka akan keluar dari pasar, menyebabkan kekurangan obat,” kata Gottlieb.

Big Pharma Melobi Pemerintah untuk Menunda atau Memberikan Pengecualian Tarif

Perusahaan-perusahaan farmasi besar sedang melobi pemerintahan Trump untuk menunda implementasi tarif obat atau memberikan pengecualian untuk jenis produk tertentu. Sementara beberapa perusahaan mungkin menanggung sementara biaya tarif, ada kekhawatiran bahwa mereka akan mengurangi anggaran riset dan pengembangan (R&D) di AS sebagai kompensasi. CEO Eli Lily, David Ricks, menyatakan bahwa perusahaan mungkin akan mengurangi staf atau anggaran R&D untuk menutupi biaya tarif.

Kebijakan tarif Trump terus menjadi sumber ketidakpastian bagi industri farmasi, dengan potensi dampak signifikan pada harga obat, ketersediaan obat, dan investasi dalam inovasi medis. Perusahaan-perusahaan farmasi, termasuk Johnson & Johnson, sedang berupaya beradaptasi dengan perubahan ini dan mencari solusi untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *