Kebijakan Kontroversial Trump Ancam Masa Depan Riset Iklim Global
Dalam 100 hari pertama masa jabatannya, pemerintahan Donald Trump telah memicu kontroversi dengan serangkaian kebijakan yang mengancam stabilitas riset iklim di Amerika Serikat. Langkah-langkah ini menimbulkan kekhawatiran tentang posisi AS sebagai pemimpin global dalam bidang ini.
Pemangkasan Anggaran dan Pembatalan Program Iklim
Pemerintahan Trump secara efektif membatalkan Laporan Penilaian Iklim Nasional (National Climate Assessment), sebuah laporan komprehensif yang menjadi panduan ilmiah bagi kota-kota dan wilayah dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan iklim. Kontrak dengan perusahaan yang memfasilitasi riset ini telah dibatalkan, menunjukkan kurangnya dukungan terhadap upaya adaptasi iklim.
Memo yang bocor mengungkapkan rencana pemangkasan anggaran riset ilmiah di NASA dan penghapusan seluruh riset di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), badan yang bertanggung jawab atas riset iklim, cuaca, dan konservasi. Selain itu, pendanaan riset ke universitas seperti Harvard juga dibekukan, dengan alasan ideologi “woke” yang dianggap mendominasi.
Dampak Global dan Hilangnya Kepemimpinan AS
Para ahli khawatir bahwa serangan terhadap sains ini dapat membahayakan status Amerika Serikat sebagai pemimpin global dalam riset iklim. Pemangkasan anggaran dan pembatalan program dapat menghambat inovasi dan penemuan ilmiah, serta mengurangi kemampuan AS untuk berkontribusi pada solusi perubahan iklim global.
Max Holmes dari Woodwell Climate Research Center menyatakan bahwa keunggulan ilmiah dan kepemimpinan dunia dalam riset iklim adalah faktor penting yang membuat Amerika Serikat hebat. Pemangkasan anggaran akan mengirim negara ini ke arah yang berbeda. Meskipun negara lain mungkin mengisi kekosongan, hilangnya riset dan keahlian Amerika akan memengaruhi seluruh dunia.
Implikasi pada Kerja Sama Internasional
Penghentian program penelitian perubahan iklim juga berdampak pada partisipasi Amerika Serikat dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB. Padahal, kontribusi AS sangat penting karena kapasitas riset yang besar, model iklim yang canggih, dan data yang kaya. Mundurnya AS dapat mengurangi masukan dan pengaruh Amerika atas isi laporan IPCC, yang digunakan untuk menginformasikan kebijakan mitigasi iklim internasional.
Ancaman terhadap Generasi Ilmuwan Masa Depan
Pemangkasan dana riset juga mengancam riset iklim di luar pemerintahan. Banyak lembaga federal, seperti NOAA, National Science Foundation, dan National Institutes of Health, memberikan hibah kepada universitas untuk membayar riset dan mendanai mahasiswa pascasarjana. Namun, pemerintahan Trump telah membekukan miliaran dolar ini sebagai bagian dari penyelidikan antisemitisme di lebih dari 60 universitas, sehingga riset iklim ikut terimbas.
David Ackerly dari Rausser College of Natural Resources di University of California, Berkeley, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa generasi mahasiswa dapat kehilangan kepercayaan diri untuk mengejar karier di bidang pendidikan tinggi. Mahasiswa internasional, yang memperoleh sekitar setengah dari semua gelar pascasarjana di bidang sains dan teknologi, mungkin tidak lagi datang untuk belajar di AS.
Upaya untuk Mempertahankan Riset Iklim
Di tengah tantangan ini, sejumlah lembaga riset Amerika telah bersatu untuk membentuk U.S. Academic Alliance, yang bertujuan untuk melestarikan partisipasi AS dalam laporan IPCC. Aliansi ini mengambil alih peran pemerintah federal dalam menangani nominasi ilmuwan AS untuk berkontribusi pada penilaian IPCC berikutnya.
Kesimpulan
Kebijakan Donald Trump telah memicu kekhawatiran serius tentang masa depan riset iklim di Amerika Serikat dan dampaknya terhadap upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Pemangkasan anggaran, pembatalan program, dan serangan terhadap sains telah mengancam posisi AS sebagai pemimpin global dalam bidang ini. Upaya untuk mempertahankan riset iklim dan kerja sama internasional menjadi semakin penting untuk mengatasi tantangan ini.
Leave a Reply