Elon Musk Won’t Stop Whining: Mengapa Sang Miliarder Terus Mengeluh?
Beberapa bulan lalu, Elon Musk dengan bangga memamerkan gergaji mesin di atas panggung CPAC dan menyatakan akan membongkar pemerintahan federal. Tindakannya yang kontroversial, termasuk menutup USAID, mengakses informasi pribadi warga AS, dan mencoba mencuri gedung senilai $500 juta, kini diikuti dengan keluhan yang membuat banyak pihak merasa iba.
Elon Musk: Korban Bullying?
Dalam wawancara terbarunya dengan Washington Post dan CBS Sunday Morning, Elon Musk seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah korban yang di-bully karena berusaha membantu Amerika. Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dipimpinnya, menurutnya, menjadi kambing hitam atas segala permasalahan.
“DOGE menjadi sasaran atas segalanya,” ujar Musk kepada Washington Post. “Setiap kali terjadi sesuatu yang buruk, kami selalu disalahkan meskipun tidak ada hubungannya sama sekali.”
Janji Kontroversial dan Konsekuensinya
Banyak pihak menyalahkan Musk dan DOGE karena janji-janji kontroversialnya. Salah satu contohnya adalah ketika Musk dengan bangga menyatakan akan “memasukkan USAID ke mesin penghancur kayu”. Tindakan ini diyakini para ahli telah menyebabkan ratusan ribu kematian di seluruh dunia dan jutaan lainnya terancam nyawanya.
“We spent the weekend feeding USAID into the wood chipper.” – Elon Musk
Posisi Strategis di Pemerintahan Trump
Sebagai anggota tidak resmi kabinet Presiden Donald Trump, Elon Musk memiliki akses khusus dan tidak perlu mengisi formulir pengungkapan keuangan yang sama dengan pejabat lainnya. Akses ini memberikan keuntungan besar, terutama sebagai kontraktor pemerintah melalui SpaceX.
Kritik terhadap Anggaran dan Program DOGE
Musk juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap RUU anggaran yang disahkan oleh DPR AS, yang memangkas $800 juta dari Medicaid. Ia tidak senang dengan pemangkasan tersebut karena RUU tersebut tidak mengkodifikasi tindakan ilegal yang telah dilakukannya untuk melucuti pemerintahan federal.
“Saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran ini, yang justru meningkatkan defisit anggaran dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk.
Kontroversi yang Terlupakan?
Beberapa pihak menyoroti bahwa wawancara Musk dengan Washington Post tidak menyinggung beberapa kejadian kontroversialnya, seperti aksi memamerkan gergaji mesin di CPAC dan hormat ala Nazi. Kurangnya liputan media mainstream terhadap insiden tersebut menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana informasi disebarluaskan.
Pembelaan Diri dan Keluhan
Elon Musk juga mengeluhkan pembakaran mobil Tesla, menyebutnya sebagai tindakan yang “tidak keren”. Ia juga membela diri dengan mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang yang pernah melakukan kekerasan, meskipun sebelumnya sempat mengisyaratkan akan membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya.
Antara Kekuatan dan Korban
Ironisnya, seorang Elon Musk, yang merupakan orang terkaya di dunia, ingin dilihat sebagai sosok yang kuat dan berkuasa, namun juga sebagai korban yang tidak pernah mendapatkan perlakuan adil. Perilaku ini mencerminkan dualitas yang sering ditemukan dalam sejarah fasisme, yaitu keinginan untuk menjadi pelindung yang maha kuasa sekaligus menjadi korban yang terus-menerus dianiaya.
Leave a Reply