Industri Daur Ulang Baterai di Tengah Kebijakan Trump: Peluang atau Tantangan?
Di sebuah fasilitas daur ulang di Covington, Georgia, para pekerja mengubah baterai bekas menjadi serbuk halus berwarna gelap. Dulu, pabrik ini mengirimkan serbuk tersebut, yang dikenal sebagai ‘black mass’, ke luar negeri untuk diekstraksi logam berharga seperti kobalt dan nikel. Namun, kini mereka memproses ‘black mass’ di lokasi untuk menghasilkan lithium carbonate, bahan penting untuk membuat baterai baru untuk kendaraan listrik (EV) dan penyimpanan energi.
Perusahaan-perusahaan di seluruh Amerika Serikat berlomba-lomba menggali lebih banyak lithium dari tanah untuk memenuhi permintaan sektor energi bersih. Namun, fasilitas daur ulang baterai ini, yang dimiliki oleh Ascend Elements, adalah produsen lithium carbonate baru pertama di negara ini dalam beberapa tahun dan satu-satunya sumber lithium carbonate daur ulang di Amerika Utara.
Ketidakpastian Kebijakan di Era Trump
Sejak Januari, pemerintahan Trump telah mengambil langkah-langkah untuk membatalkan upaya pemerintahan Biden dalam mengembangkan industri energi bersih Amerika. Tindakan ini mencakup pembekuan hibah dan pinjaman, serta penundaan proyek energi terbarukan. Namun, di sisi lain, Trump juga berupaya meningkatkan produksi mineral kritis seperti lithium di Amerika Serikat dengan alasan ekonomi dan keamanan nasional.
Hal ini menimbulkan ketidakpastian bagi pendaur ulang baterai di AS. Kebijakan tarif yang berubah cepat, potensi pencabutan kredit pajak era Biden, dan tanda-tanda melambatnya pertumbuhan manufaktur energi bersih menjadi tantangan tersendiri.
Daur Ulang Baterai: Solusi Berkelanjutan?
Transisi dari bahan bakar fosil membutuhkan lebih banyak baterai besar untuk mendukung EV dan menyimpan energi terbarukan. Daur ulang baterai bekas dapat menyediakan logam yang dibutuhkan sekaligus mengurangi kebutuhan akan penambangan yang merusak lingkungan.
Di Cina, daur ulang baterai sudah berjalan dalam skala besar, didukung oleh kebijakan pemerintah dan pasokan bahan baku manufaktur yang stabil. Pemerintahan Biden sebelumnya juga berusaha untuk memindahkan manufaktur energi bersih ke AS, memberikan insentif dan pendanaan kepada perusahaan daur ulang baterai.
Meskipun ada ketidakpastian, beberapa dukungan federal untuk daur ulang baterai tampaknya berlanjut di bawah pemerintahan Trump. Ascend Elements, misalnya, masih menerima hibah DOE untuk membangun pabrik daur ulang baterai kedua di Kentucky. Perusahaan lain, seperti American Battery Technology Company dan Cirba Solutions, juga melaporkan hal serupa.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Kebijakan Trump tentang mineral kritis dan perdagangan dapat memberikan peluang bagi pendaur ulang baterai. Pembatasan impor dari Cina dapat memperkuat produksi mineral di wilayah lain, termasuk AS. Namun, pembatasan perdagangan dengan mitra utama lainnya dapat merugikan industri daur ulang baterai.
Tanpa pertumbuhan manufaktur energi bersih yang kuat di AS, kebutuhan akan daur ulang baterai juga akan berkurang. Pembatalan fasilitas manufaktur baterai dan EV di masa depan dapat memaksa industri daur ulang untuk mengurangi ambisinya.
Meskipun demikian, perusahaan daur ulang baterai tetap optimis. Ascend Elements, misalnya, telah mengamankan pembeli di luar rantai pasokan baterai untuk memastikan kelangsungan operasi mereka.
Industri daur ulang baterai berada dalam posisi yang unik. Meskipun kebijakan energi bersih Trump menimbulkan tantangan, fokusnya pada mineral kritis dan potensi pembatasan perdagangan dapat memberikan peluang. Masa depan industri ini akan bergantung pada bagaimana perusahaan dapat menavigasi ketidakpastian kebijakan dan beradaptasi dengan perubahan pasar.
Leave a Reply