Perpecahan di Manosphere: Dampak Serangan Israel ke Iran Terhadap Influencer Maskulinitas Online

Perpecahan di Manosphere: Dampak Serangan Israel ke Iran Terhadap Influencer Maskulinitas Online

Dunia manosphere, yang seringkali tampak solid dengan barisan influencer maskulinitas yang memerangi feminisme dan ‘kelembutan’ peradaban Barat, ternyata menyimpan keretakan yang mendalam. Krisis geopolitik terbaru, yaitu serangan Israel ke Iran, telah membuka lebar perbedaan ideologis di antara mereka.

Pro dan Kontra: Israel, Iran, dan Keterlibatan Amerika

Selama berbulan-bulan, spekulasi tentang potensi serangan Israel ke Iran telah menjadi sumber ketegangan di dalam manosphere. Beberapa influencer memperingatkan tentang Perang Dunia III yang akan datang, sementara yang lain memilih fokus pada kebugaran, feminisme, dan kemerosotan Barat. Namun, serangan Israel langsung memicu reaksi keras dan perpecahan di kalangan influencer maskulinitas.

Ben Shapiro Membela Israel

Ben Shapiro, dari The Daily Wire, memimpin kubu pro-Israel. Sebagai pendukung setia Israel, Shapiro melakukan siaran langsung di YouTube untuk menjelaskan mengapa Israel 100% benar. Dia menekankan dukungan untuk Israel dan mengklaim bahwa Trump serta kekuatan global lainnya mendukung serangan tersebut. Pesannya jelas: Israel tidak sendirian.

Tucker Carlson, Andrew Tate, dan Lainnya Menentang

Sebaliknya, banyak tokoh berpengaruh di manosphere menyuarakan kekhawatiran. Tucker Carlson mengkritik respons pemerintahan Trump dan memperingatkan bahwa Iran akan membalas, dan warga Amerika yang akan menanggung akibatnya. Charlie Kirk memperingatkan bahwa Iran dapat menyerang pangkalan militer Amerika lebih mudah daripada target Israel. Andrew Tate, dengan nada sinis, me-repost sindiran tentang aturan yang digunakan untuk membela tindakan militer Israel. Myron Gaines dan Matt Walsh juga menyuarakan penentangan terhadap keterlibatan AS dalam konflik tersebut.

Implikasi bagi Manosphere: Krisis Identitas dan Aliansi yang Renggang

Perpecahan ini menjadi masalah pelik, terutama karena banyak tokoh tersebut adalah pendukung setia Trump. Sekarang, mereka menemukan diri mereka bertentangan dengan kebijakan luar negeri Trump. Ini adalah perpecahan yang tampaknya tidak ada yang tahu cara mengelolanya.

Perbedaan pendapat ini memisahkan berbagai kelompok ideologis dalam ekosistem maskulinitas. Nasionalis Kristen berselisih dengan influencer pro-Muslim. Tradisionalis Barat berbenturan dengan libertarian isolasionis. Landasan bersama yang dulu menyatukan mereka—feminisme buruk, Trump hebat—tidak lagi cukup.

Masa Depan Manosphere: Perang, Kekaisaran, dan Nilai yang Dipertahankan

Jika serangan Israel meningkat menjadi konflik yang lebih luas, atau jika pasukan AS terlibat, perpecahan di manosphere mungkin menjadi permanen. Influencer yang telah membangun kerajaan atas ilusi kejelasan ideologis dipaksa untuk menghadapi kontradiksi yang ingin mereka abaikan. Persekutuan mulai goyah. Terlepas dari siapa yang memenangkan perang ini, citra manosphere mungkin tidak akan pernah sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *