Elon Musk: Upaya Baru Meraih Dukungan MAGA
Elon Musk, tokoh kontroversial dan orang terkaya di dunia, tengah berupaya untuk memulihkan citranya. Caranya? Dengan kembali memicu perdebatan budaya dan menyerang kelompok progresif. Setelah mengalami masa sulit, termasuk perselisihan dengan Donald Trump, Musk kini mencoba merebut kembali hati kelompok konservatif MAGA (Make America Great Again).
Penyesalan dan Dampak pada Bisnis Tesla
Beberapa waktu lalu, Musk sempat menyampaikan penyesalan atas cuitannya tentang Donald Trump. Hal ini menandakan betapa besar dampak perseteruan tersebut, tidak hanya pada reputasi Musk di kalangan konservatif, tetapi juga pada bisnisnya. Tesla, perusahaan mobil listrik yang dipimpinnya, mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Pengiriman pada kuartal pertama turun 13%, dan laba bersih anjlok 71% dibandingkan tahun sebelumnya. Harga saham perusahaan pun turun lebih dari 20% sejak Januari.
Fokus Baru: Bisnis dan Politik yang Kontroversial
Di balik layar, Musk berusaha untuk kembali fokus pada bisnis. Ia kembali mempromosikan produk-produk masa depan Tesla, termasuk robotaxi yang dijadwalkan debut pada 22 Juni di Austin, Texas. Ia juga memperkuat citra perusahaan AI miliknya, xAI. Namun, politik tetap menjadi daya tarik utamanya.
Perang Budaya dan Kontroversi ‘Woke’
Baru-baru ini, Musk kembali memicu kontroversi di platform X (dahulu Twitter) dengan menyatakan bahwa paham “Woke” telah mati. Cuitan ini menuai beragam reaksi dari para pengguna. Pendukung konservatif merayakan pernyataan tersebut, sementara yang lain skeptis dan berpendapat bahwa gerakan “Woke” hanya bersembunyi dan mencari cara baru untuk menyebar.
Sikap Musk terhadap isu-isu sosial juga menuai kritik. Seorang pengguna X bahkan menanyakan langsung mengapa Musk membenci komunitas LGBT. Chatbot Grok milik X mencoba memberikan klarifikasi, namun hal ini tetap menjadi perdebatan hangat.
Motivasi Pribadi dan Ideologi
Perang Musk terhadap “wokeisme” tampaknya didorong oleh motivasi pribadi dan ideologi. Ia menyalahkan budaya progresif atas keretakan hubungannya dengan putrinya yang transgender. Musk bahkan menyebut “wokeisme” sebagai ancaman eksistensial bagi peradaban Barat. Di bawah kepemilikannya, X telah menjadi platform bagi mereka yang mengkritik DEI (Diversity, Equity, and Inclusion), pronoun, identitas gender, dan political correctness.
Dukungan untuk Trump dan Harapan Baru
Musk telah menyumbangkan hampir $290 juta untuk membantu Trump memenangkan pemilu 2024. Sebagai imbalannya, Trump menunjuk Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Namun, hubungan mereka kemudian memburuk akibat perbedaan pendapat. Kini, dengan menyerang “wokeisme”, Musk tampaknya berusaha untuk merebut kembali hati basis pendukung Trump.
Masa Depan Hubungan Musk dan MAGA
Belum jelas apakah upaya Musk ini akan berhasil memulihkan posisinya di kalangan sayap kanan. Perseteruannya dengan Trump telah mengungkap perpecahan ideologis dan ego yang mungkin sulit untuk diperbaiki. Namun, Musk bertaruh bahwa musuh bersama—liberal, pendukung DEI, dan elit “woke”—masih cukup untuk membangun kembali kesamaan pandangan.
Satu hal yang menyatukan Musk dan pendukung garis keras MAGA adalah keyakinan bahwa politik progresif adalah musuh, dan menghancurkannya adalah keharusan moral. Sambil terus mengembangkan Tesla, meluncurkan robotaxi, dan membangun alat AI, jangan harap Musk akan diam dalam waktu lama. Ia tidak hanya berjuang untuk pengaruh, tetapi juga untuk relevansi. Dan saat ini, perang budaya masih menjadi medan pertempuran favoritnya.
Leave a Reply