Kontroversi di Kalangan Alpha Male Internet: Dukungan Berubah Terhadap Kebijakan Trump?
Gelombang kebingungan melanda dunia maya ketika tokoh-tokoh alpha male internet, yang dikenal dengan retorika maskulin dan dukungan kuat terhadap nilai-nilai tertentu, menunjukkan sikap yang tidak konsisten terhadap kebijakan mantan Presiden Donald Trump.
Keheningan yang Mencurigakan
Setelah Donald Trump memerintahkan serangan AS terhadap situs nuklir Iran pada 21 Juni, para tokoh yang sering disebut sebagai penjaga maskulinitas di dunia maya ini tiba-tiba terdiam. Keheningan ini sangat mencolok, mengingat mereka biasanya lantang mengkritik kelemahan dan kemunafikan.
Dunia ‘manosphere’, yang terdiri dari influencer, podcaster, dan komentator yang menjangkau jutaan pria muda dengan campuran retorika anti-feminisme, mantra pengembangan diri, dan kesetiaan pada gerakan MAGA (Make America Great Again), mengalami guncangan. Selama bertahun-tahun, banyak dari mereka mendukung Trump karena platform anti-woke dan anti-intervensi ‘America First’. Mereka mendukung garis kerasnya terhadap imigrasi dan janji untuk mengakhiri ‘perang abadi’.
Perubahan Sikap Terhadap Krisis Israel-Iran
Krisis Israel-Iran mengguncang fondasi dukungan mereka. Dimulai dengan serangan udara Israel ke Iran pada 12 Juni, diikuti oleh pemboman AS terhadap situs nuklir Iran pada 21 Juni. Bagi kelompok yang mengkhotbahkan kesetiaan pada nilai-nilai inti di atas partai politik, ini seharusnya menjadi momen untuk berbicara. Namun, mereka memilih untuk diam.
Tucker Carlson, mantan pembawa acara Fox News dengan jutaan pengikut di X, adalah salah satu tokoh yang paling mencolok keheningannya. Namun, setelah Trump mengumumkan gencatan senjata pada 23 Juni, Carlson memecah kesunyian dengan mengatakan, ‘Syukurlah’.
Reaksi Beragam dari Tokoh Manosphere
Charlie Kirk, kepala Turning Point USA dan pendukung MAGA yang vokal, awalnya menyuarakan kekhawatiran bahwa pemuda yang memilih Trump ‘tidak memilih untuk perang’. Namun, ketika mendapat kecaman dari faksi lain dari gerakan ‘Make America Great Again’, dia berbalik membela serangan tersebut. Setelah gencatan senjata, dia memuji diplomasi Trump sebagai ‘legendaris’.
Andrew Tate, influencer hiper-maskulin, juga muncul kembali setelah pengumuman gencatan senjata dengan postingan yang sombong. Dia berpendapat bahwa Trump tidak melanggar nilai-nilai ‘America First’ karena dia tidak membuat orang kaya marah.
Matt Walsh, suara anti-intervensi lainnya di manosphere, merespons peringatan Trump kepada Israel dengan tweet yang menyatakan bahwa AS terlibat dalam konflik ini terutama demi Israel, bukan demi kepentingan sendiri.
Sebaliknya, Ben Shapiro, seorang konservatif pro-Israel yang kuat, memuji Trump karena ‘memulihkan Perdamaian Melalui Kekuatan’. Dave Smith, seorang komedian libertarian, adalah salah satu dari sedikit tokoh manosphere yang secara konsisten menentang pemboman tersebut.
Kesimpulan: Hipokrisi atau Prinsip?
Reaksi beragam dari tokoh-tokoh alpha male internet ini menunjukkan dilema yang mereka hadapi ketika nilai-nilai mereka bertentangan dengan keputusan pemimpin yang mereka dukung. Apakah keheningan dan perubahan sikap mereka mencerminkan hipokrisi atau prinsip yang diuji? Hanya waktu yang akan menjawab.
Leave a Reply