Tesla’s Viral ‘Autonomous’ Car Delivery: Kontroversi di Balik Klaim Otonom
Elon Musk kembali membuat gebrakan. Kali ini, melalui video berdurasi 30 menit yang menampilkan pengiriman Tesla Model Y yang diklaim sepenuhnya otonom. Tanpa pengemudi, tanpa kendali jarak jauh. Video ini langsung viral dan memicu perdebatan sengit di internet.
“Pengiriman Tesla Model Y sepenuhnya otonom pertama dari pabrik ke rumah pelanggan, melintasi kota, termasuk jalan tol, baru saja selesai sehari lebih cepat dari jadwal!!” cuit Musk di X.
Klaim Musk semakin dipertegas dengan pernyataan bahwa tidak ada orang di dalam mobil sama sekali dan tidak ada operator jarak jauh yang mengendalikan mobil tersebut. “Sepengetahuan kami, ini adalah pengiriman sepenuhnya otonom pertama tanpa orang di dalam mobil atau mengoperasikan mobil dari jarak jauh di jalan raya umum,” tambahnya.
Video tersebut menampilkan Model Y yang melaju dari Gigafactory Tesla di Austin ke rumah pemilik baru, melewati jalan-jalan kota, jalan tol, dan persimpangan, tanpa intervensi manusia. Mobil berhenti di rambu, memberi jalan saat lampu merah, dan bermanuver melalui lalu lintas nyata.
Reaksi Publik: Antara Kekaguman dan Skeptisisme
Meskipun penggemar Tesla memuji video tersebut sebagai momen bersejarah, banyak pengguna X (dulu Twitter) yang skeptis. Beberapa menunjuk pada klaim serupa dari Waymo, perusahaan di bawah Google, yang telah menawarkan layanan otonom di jalan tol kepada karyawan di kota-kota tertentu sejak awal tahun ini.
Marketing Cerdas atau Pengalihan Isu?
Beberapa pengguna mengkritik presentasi tersebut sebagai aksi PR semata. Mereka menyoroti peluncuran pilot robotaxi Tesla di Austin beberapa hari sebelumnya, yang hanya menggunakan belasan kendaraan dan seorang “supervisor” manusia di kursi depan. Bandingkan dengan Waymo dan Cruise yang telah menawarkan tumpangan publik tanpa pengemudi manusia selama berbulan-bulan.
Bahkan, beberapa pengguna meminta Grok, chatbot bawaan X, untuk menganalisis tingkat otonomi kendaraan tersebut, merujuk pada skala SAE (Society of Automotive Engineers) yang mengklasifikasikan kemampuan mengemudi otonom dari Level 0 (tanpa otomatisasi) hingga Level 5 (sepenuhnya otonom dalam semua kondisi, tidak memerlukan input manusia).
Opini Kami: Realitas di Balik Klaim Tesla
Tesla, sebagai salah satu perusahaan teknologi yang paling memecah belah di dunia, sekali lagi menunjukkan polarisasi tersebut. Para penggemar memandang video ini sebagai awal babak baru dalam transportasi. Sementara itu, para kritikus menunjuk pada sejarah panjang janji-janji Musk yang belum terpenuhi terkait otonomi, termasuk target peluncuran robotaxi yang gagal sejak tahun 2019.
Perlu ditekankan bahwa Tesla telah membuat kemajuan nyata dengan perangkat lunak Full Self-Driving (FSD), sebuah sistem yang menggunakan kamera, sensor, dan jaringan saraf untuk melatih kendaraannya agar merespons seperti pengemudi manusia. Namun, sistem ini masih diklasifikasikan sebagai otonomi Level 2, yang berarti memerlukan pengawasan pengemudi dan tidak diakui secara hukum sebagai sepenuhnya otonom.
Klaim Musk kali ini setidaknya dilebih-lebihkan. Waymo, Cruise, dan beberapa perusahaan Tiongkok telah melakukan demo serupa. Beberapa, seperti Waymo, bahkan sudah menjalankan kendaraan tanpa pengemudi di lingkungan yang kompleks seperti pusat kota San Francisco.
Apa yang dilakukan Tesla memang mengesankan. Tetapi apakah ini merupakan terobosan atau hanya aksi yang dirancang dengan cermat masih harus dilihat. Pertanyaan sebenarnya sekarang: bisakah Tesla melakukan ini lagi besok? Dan lusa? Saat jam sibuk? Saat hujan? Tanpa mengulangi rute yang sama yang telah diuji sebelumnya? Sampai pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, skeptisisme hanya akan tumbuh.
Leave a Reply