Review ‘The Old Guard 2’: Aksi Abadi yang Terjebak Sindrom Sekuel

‘The Old Guard 2’: Janji yang Tak Sepenuhnya Terpenuhi

Setelah penantian panjang, ‘The Old Guard 2’ akhirnya tayang di Netflix. Sekuel yang dibintangi Charlize Theron ini menjanjikan aksi yang lebih dahsyat dan pertarungan abadi yang lebih epik. Sayangnya, film ini justru terasa kedodoran karena terlalu sibuk membangun fondasi untuk film selanjutnya, sehingga mengorbankan cerita yang seharusnya dinikmati saat ini.

Kisah yang Terasa Dipaksakan

Berlatar beberapa tahun setelah film pertama, ‘The Old Guard 2’ mengikuti Andy (Charlize Theron) yang menghadapi kefanaan barunya. Bersama timnya, Nile (KiKi Layne), Joe (Marwan Kenzari), Nicky (Luca Marinelli), dan James Copley (Chiwetel Ejiofor), mereka harus menghadapi ancaman baru: Discord (Uma Thurman), abadi pertama yang menyimpan rahasia yang bisa menghancurkan mereka semua. Untuk menghentikannya, mereka meminta bantuan Tuah (Henry Golding), mantan rekan yang memahami mitos keabadian mereka.

Pertarungan Ikonik yang Kurang Memuaskan

Pertarungan antara Theron dan Thurman, dua ikon film laga Hollywood, seharusnya menjadi puncak film ini. Namun, pertarungan tersebut terasa kurang greget dan emosional. Fokus utama justru tertuju pada reuni Andy dengan Quynh (Veronica Ngô), mantan kekasihnya yang dipenjara selama berabad-abad dan kini berpihak pada Discord. Konflik antara Andy dan Quynh, yang dipenuhi dengan amarah dan pengkhianatan masa lalu, justru menjadi daya tarik utama film ini.

Aksi yang Kehilangan Daya Magis

Adegan aksi, yang seharusnya menjadi andalan ‘The Old Guard 2’, terasa kurang memuaskan. Meskipun ada beberapa adegan yang kreatif, banyak pertarungan yang terganggu oleh editing yang kurang rapi dan pengambilan gambar yang kurang fokus. Pertarungan antara Theron dan Thurman, serta Nile dan Quynh, menjadi korban utama dari masalah ini. Alih-alih mencapai klimaks yang epik, adegan-adegan ini justru terasa terputus-putus dan kurang berdampak.

Terlalu Fokus pada Sekuel Potensial

Kelemahan terbesar ‘The Old Guard 2’ adalah fokusnya yang berlebihan pada sekuel potensial. Film ini terasa seperti prolog panjang yang terus-menerus menekankan pentingnya cerita tanpa benar-benar membangunnya dengan baik. Subplot seperti perselisihan antara Nicky dan Joe, atau kembalinya Booker (Matthias Schoenaerts), terasa kurang relevan dan hanya menambah panjang durasi film. Bahkan, reuni Andy dan Quynh, yang seharusnya menjadi momen emosional yang kuat, terasa hambar karena terlalu banyak dialog dan petunjuk untuk sekuel mendatang.

Kesimpulan: Potensi yang Belum Tergali

‘The Old Guard 2’ memiliki potensi yang besar, namun gagal memanfaatkannya secara maksimal. Film ini memiliki momen-momen menarik, seperti adegan pertarungan yang brutal, koreografi yang inventif, dan tema-tema tentang kefanaan, kesalahan, dan penebusan dosa. Namun, film ini terlalu sibuk mempersiapkan sekuel sehingga lupa untuk menyelesaikan cerita yang sedang diceritakan. Pada akhirnya, ‘The Old Guard 2’ meninggalkan kesan sebagai film yang belum selesai dan hanya memberikan secuil gambaran tentang apa yang seharusnya bisa dicapai.

‘The Old Guard 2’ tayang di Netflix mulai 6 Juni 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *