Apakah Zuckerberg Dapat Dipercaya dengan AI Super Cerdas Setelah Kegagalan Metaverse?

Zuckerberg dan Ambisi AI Super Cerdas: Belajar dari Kegagalan Metaverse

Mark Zuckerberg, CEO Meta, kembali menjadi sorotan. Setelah ambisi metaverse yang gagal, kini ia mengarahkan pandangannya pada pengembangan AI super cerdas (Artificial General Intelligence atau AGI). Pertanyaannya, bisakah kita mempercayai visi Zuckerberg kali ini?

Metaverse: Mimpi yang Tidak Terwujud

Beberapa tahun lalu, Zuckerberg dengan yakin memperkenalkan metaverse sebagai masa depan interaksi manusia. Dengan investasi miliaran dolar ke Reality Labs, Meta menjanjikan dunia virtual imersif tempat kita bekerja, bersosialisasi, dan bermain sebagai avatar digital.

Namun, kenyataan berkata lain. Metaverse, khususnya platform Horizon Worlds, gagal menarik minat pengguna. Headset VR yang mahal dan kurang nyaman, ditambah kurangnya aplikasi yang menarik, membuat metaverse kehilangan daya tariknya. Proyek ambisius ini akhirnya berujung pada kekecewaan.

Pivot ke AI: Peluang Penebusan atau Pengulangan Kesalahan?

Kini, Zuckerberg mencoba peruntungan di bidang kecerdasan buatan. Ia bahkan membentuk Meta Superintelligence Labs, sebuah divisi yang bertujuan untuk mengembangkan AI super cerdas yang mampu mengelola kehidupan penggunanya.

Namun, Meta bukanlah pemain utama dalam perlombaan AI. OpenAI dengan ChatGPT, Google dengan Gemini, dan perusahaan lain sudah jauh lebih unggul. Model LLaMA milik Meta memang kompeten, tetapi belum bisa dikatakan terobosan besar.

Strategi Agresif: Membeli Bakat Terbaik

Untuk mengejar ketertinggalan, Meta melakukan pendekatan agresif dengan merekrut para peneliti AI terbaik. Tawaran gaji fantastis, bahkan mencapai ratusan juta dolar, diberikan untuk menarik talenta dari perusahaan lain, termasuk OpenAI.

Zuckerberg jelas-jelas ingin mendominasi bidang AI, sama seperti upayanya di media sosial. Namun, apakah pendekatan ini akan berhasil? Apakah kita akan melihat pengulangan kegagalan metaverse?

Pertanyaan Besar: Bisakah Kita Mempercayai Zuckerberg?

Setelah menginvestasikan miliaran dolar pada metaverse yang tidak diminati pasar, Zuckerberg kini meminta kepercayaan kita untuk proyek AI yang jauh lebih kompleks dan berpotensi mengubah dunia. Apakah rekam jejaknya meyakinkan?

Zuckerberg bukanlah seorang visioner AI, melainkan seorang kompetitor yang agresif. Ia selalu berusaha untuk mendominasi pasar dengan meniru atau membeli teknologi yang sukses. Pivot ke AI menunjukkan betapa seriusnya persaingan di bidang ini, dan betapa besarnya potensi yang dilihat Zuckerberg.

Namun, kita perlu berhati-hati. Kecerdasan buatan memiliki potensi yang luar biasa, tetapi juga risiko yang besar. Kita perlu memastikan bahwa pengembangan AI dilakukan secara bertanggung jawab dan etis, bukan hanya untuk mengejar keuntungan dan dominasi pasar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *