Waspada! Obat Pereda Nyeri Umum Ini Diduga Tingkatkan Risiko Demensia

Waspada! Obat Pereda Nyeri Umum Ini Diduga Tingkatkan Risiko Demensia

Nyeri kronis bisa menjadi pengalaman yang melemahkan. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkap potensi bahaya tersembunyi dari obat yang umum digunakan untuk mengatasi kondisi ini. Penelitian tersebut menemukan hubungan yang mengkhawatirkan antara obat gabapentin dan peningkatan risiko demensia.

Para ilmuwan di Case Western Reserve University memimpin studi ini, yang meneliti catatan medis pasien dengan nyeri punggung bawah kronis. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi gabapentin untuk mengatasi nyeri punggung lebih mungkin mengembangkan demensia dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi obat tersebut.

Apa Itu Gabapentin dan Kegunaannya?

Gabapentin adalah obat anti-kejang yang juga sering digunakan untuk mengatasi nyeri saraf dan sindrom kaki gelisah. Obat ini terkadang juga diresepkan untuk nyeri punggung bawah kronis, terutama jika diduga melibatkan saraf. Cara kerja utama obat ini adalah dengan mengurangi aktivitas listrik abnormal neuron di otak.

Hasil Penelitian dan Implikasinya

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal *Regional Anesthesia & Pain Medicine* menganalisis catatan medis lebih dari 26.000 pasien yang didiagnosis dengan nyeri punggung antara tahun 2004 dan 2024. Para peneliti membandingkan kelompok pasien serupa yang diresepkan gabapentin dengan mereka yang tidak.

Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang diresepkan gabapentin enam kali atau lebih memiliki kemungkinan sekitar 30% lebih tinggi untuk didiagnosis dengan demensia dan 85% lebih tinggi untuk mengalami gangguan kognitif ringan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi obat tersebut. Peningkatan risiko relatif ini lebih tinggi pada orang di bawah usia 65 tahun, serta pada mereka yang menerima 12 resep gabapentin atau lebih.

Rekomendasi dan Penelitian Lebih Lanjut

Meskipun studi retrospektif semacam ini hanya dapat menunjukkan korelasi dan bukan hubungan sebab-akibat yang jelas, temuan ini mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi apakah hubungan ini benar-benar ada dan untuk mencari tahu mekanisme pasti di baliknya. Untuk saat ini, para dokter harus lebih berhati-hati dalam meresepkan gabapentin, termasuk lebih proaktif dalam memantau kesehatan kognitif pasien yang mengonsumsinya.

Para peneliti menekankan pentingnya pemantauan ketat pada pasien dewasa yang diresepkan gabapentin untuk menilai potensi penurunan kognitif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *