Strategi Sederhana Atasi Efek Samping Mual pada Obat Semaglutide

Strategi Sederhana Redakan Mual Akibat Obat Semaglutide

Kemampuan semaglutide dalam membantu menurunkan berat badan memang luar biasa, namun efek sampingnya juga menjadi perhatian. Bahan aktif dalam obat-obatan seperti Wegovy dan Ozempic ini dikenal dapat menyebabkan mual parah pada sebagian orang, bahkan sampai menghentikan pengobatan. Tetapi, penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care menunjukkan adanya cara sederhana untuk mengatasi efek tersebut.

Dipimpin oleh tim peneliti di Israel, studi tersebut menemukan bahwa memberikan lebih banyak waktu dan fleksibilitas kepada pasien untuk meningkatkan dosis 1 miligram semaglutide secara bertahap tampaknya berkorelasi dengan tingkat mual yang lebih rendah. Pasien yang mengikuti jadwal dosis yang lebih lambat juga cenderung tidak berhenti menggunakan obat tersebut dibandingkan dengan mereka yang mengikuti rejimen yang lebih umum. Hebatnya lagi, kelompok dengan peningkatan dosis perlahan tetap mengalami penurunan berat badan yang sama dengan kelompok lainnya.

Bagaimana Semaglutide Bekerja?

Semaglutide bekerja dengan meniru GLP-1, hormon yang memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme dan rasa lapar kita. Sejak pertama kali disetujui oleh regulator AS pada tahun 2017 untuk mengobati diabetes, obat ini sangat dicari karena efeknya yang menekan nafsu makan dan manfaat penurunan berat badan—tetapi ada harga yang harus dibayar. Setidaknya sepertiga orang yang mengonsumsi GLP-1 melaporkan merasa mual, sementara yang lain juga mengalami konstipasi dan gangguan pencernaan.

Efek Samping dan Peningkatan Dosis

Saat pasien meningkatkan dosis obat, efek samping GI yang tidak menyenangkan bisa menjadi lebih buruk sebelum akhirnya membaik. Biasanya, efek ini memudar seiring waktu setelah pasien mencapai dosis yang disarankan, tetapi setidaknya beberapa orang tidak pernah sampai ke sana dan langsung berhenti minum obat.

Penelitian: Titrasi Fleksibel Lebih Efektif

Dalam uji coba terbaru, para peneliti membagi 104 orang dengan diabetes tipe 2 menjadi dua kelompok: Satu kelompok mengonsumsi semaglutide dalam jumlah yang meningkat dengan program dosis standar selama 8 minggu, sementara kelompok lainnya meningkatkan dosis mereka dengan jadwal yang lebih lambat dan fleksibel selama 16 minggu. Kelompok kedua juga diinstruksikan untuk menunda peningkatan dosis jika mereka mengalami gejala GI apa pun dan menunggu sampai mereka merasa lebih baik. Kedua kelompok dipantau selama 24 minggu.

Secara keseluruhan, kedua kelompok menunjukkan peningkatan serupa dalam berat badan dan kontrol gula darah. Tetapi pengguna dengan titrasi fleksibel cenderung tidak melaporkan mual dibandingkan rekan-rekan mereka (45,1% vs 64,2%), dan mengalami lebih sedikit hari mual (2,88 vs 6,3 hari per bulan). Yang paling penting, hanya 2% pasien fleksibel yang berhenti minum obat pada akhir penelitian, dibandingkan dengan 19% pengguna standar.

“Titrasi yang lebih lambat dan fleksibel meningkatkan kepatuhan dan mengurangi kejadian buruk tanpa mengorbankan efikasi,” tulis penulis penelitian.

Kesimpulan dan Penelitian Lanjutan

Meskipun beberapa dokter secara anekdot melaporkan pengalaman positif serupa pada pasien mereka yang beralih ke jadwal yang lebih lambat, hasil penelitian ini terbatas: Ukuran sampelnya cukup kecil, dan diperlukan lebih banyak penelitian pada kelompok yang lebih besar dan lebih beragam untuk memahami apakah jadwal dosis yang berbeda dapat membantu lebih banyak orang tetap menggunakan obat mereka, tanpa mengalami mual.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *