Predator: Akankah Franchise Ikonik Ini Mendapatkan Game Video Baru yang Layak?

Masa Depan Predator: Lebih dari Sekadar Film dan Komik

Beberapa bulan terakhir menjadi periode yang menggembirakan bagi para penggemar Predator. Dengan perilisan *Badlands* yang disutradarai Dan Trachtenberg dan antologi animasi *Killer of Killers*, ditambah lagi pertarungan epik melawan Spider-Man di komik, Predator terus menunjukkan eksistensinya di berbagai media. Namun, ada satu hal yang masih kurang: sebuah game video Predator yang benar-benar baru dan inovatif.

Sejarah Game Predator: Cukupkah?

Meskipun sering muncul dalam crossover dengan Alien, kehadiran Predator sebagai bintang utama dalam dunia game relatif terbatas. Selain adaptasi dari dua film pertama dan *Predators* (2010) untuk perangkat seluler, kita memiliki *Concrete Jungle* (2005), game VR tahun 2018, dan *Hunting Grounds* (2020) yang berfokus pada multiplayer. Penampilan paling berkesan mungkin adalah sebagai DLC di *Mortal Kombat X*.

Sepertinya Yautja (sebutan untuk Predator) lebih cocok untuk format multiplayer, mungkin karena teknologi mereka yang lebih canggih dan peran mereka sebagai rintangan yang harus diatasi. *Hunting Grounds* masih menerima konten baru, tetapi tidak semua pemain ingin terjun ke arena kompetitif untuk mewujudkan impian menjadi pemburu intergalaksi.

Mengapa Predator Layak Mendapatkan Game Single-Player?

Alien memiliki konsep yang sangat menakutkan sehingga mudah diadaptasi menjadi shooter, real-time tactics, dan survival horror, bahkan Metroidvania. Sebaliknya, Predator dianggap memiliki ruang lingkup yang terbatas sehingga belum ada studio yang mencoba membuat game single-player setara *Alien Isolation*. Kegagalan *Concrete Jungle* di masa lalu mungkin menjadi penyebab utama.

*Concrete Jungle* menceritakan tentang Predator yang dipermalukan bernama Scarface yang berusaha merebut kembali kehormatannya dengan berburu manusia menggunakan teknologi bangsanya. Meskipun tidak sempurna, game ini membuktikan bahwa Predator bisa cocok untuk game single-player jika dikerjakan dengan benar.

Inspirasi dari *Badlands* untuk Game Predator Potensial

Hal menarik dari *Badlands* adalah bagaimana Trachtenberg mengubah perspektif dan menjadikan Predator—Yautja muda bernama Dak—sebagai protagonis yang menjelajahi planet asing untuk menjadi pemburu sejati. Premis ini sangat cocok untuk sebuah game video, apalagi Dak menggunakan pedang dan memiliki pendamping android. Trachtenberg menyebut *Shadow of the Colossus* sebagai inspirasi, dan keputusan untuk menciptakan bahasa lengkap untuk Dak dan Yautja lainnya terasa seperti upaya pengembang game untuk menciptakan pengalaman imersif sebagai Predator.

Trachtenberg sendiri memiliki pengalaman dengan game, pernah menyutradarai film pendek untuk *Portal* dan intro sinematik untuk *Warframe*. Disney juga mulai memberikan lisensi propertinya untuk game dari berbagai genre. Kesuksesan game *RoboCop* dan *Terminator* menunjukkan bahwa adaptasi game dari IP bisa lebih bebas dan kreatif dibandingkan dulu.

Kesimpulan: Saatnya Predator Mendapatkan Kesempatan Baru

Dengan 20th Century yang terus mencari cara baru untuk mengembangkan franchise Predator, sebuah game mungkin menjadi jawabannya. Franchise ini layak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan diri di medium interaktif. Bayangkan sebuah game open-world di mana Anda berperan sebagai Predator, berburu mangsa di lingkungan yang luas dan beragam, menggunakan teknologi canggih dan strategi licik. Potensinya sangat besar!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *