AS Tingkatkan Mata-Mata di Greenland dan Denmark: Ambisi Trump Rebut Teritori Baru?
Badan intelijen Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah diperintahkan untuk meningkatkan pengawasan terhadap Greenland dan Denmark, dua sekutu lama AS. Perintah ini muncul di tengah ambisi Presiden Donald Trump untuk mengakuisisi Greenland dengan berbagai cara.
Perintah Rahasia untuk Memata-matai Sekutu
Menurut laporan Wall Street Journal, perintah pengawasan ini, yang dikenal sebagai “pesan penekanan pengumpulan data,” telah dikirimkan kepada kepala badan intelijen AS. Perintah ini menginstruksikan penggunaan satelit pengintai, penyadapan, dan agen mata-mata untuk mengumpulkan informasi di Greenland dan Denmark.
Tujuan utama dari operasi mata-mata ini adalah untuk mengidentifikasi individu-individu di Greenland yang mungkin simpatik terhadap keinginan Trump untuk mengambil alih wilayah otonom Kerajaan Denmark tersebut. Strategi ini mengingatkan pada taktik Perang Dingin, di mana AS berinvestasi besar-besaran dalam menyebarkan sentimen anti-Soviet.
Reaksi Kontroversial dan Penjelasan Tulsi Gabbard
Menanggapi permintaan komentar, Tulsi Gabbard, Direktur Intelijen Nasional, mengecam kebocoran informasi rahasia ini. “Wall Street Journal seharusnya malu karena membantu aktor deep state yang berusaha merusak Presiden dengan mempolitisasi dan membocorkan informasi rahasia,” ujarnya.
Obsesi Trump Terhadap Greenland: Sebuah Kilas Balik
Ketertarikan Trump terhadap Greenland bukanlah hal baru. Pada tahun 2019, ia secara terbuka menyatakan minatnya untuk membeli Greenland, yang kemudian ditolak oleh Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen. Penolakan ini memicu reaksi keras dari Trump, yang kemudian membatalkan pertemuan bilateral.
Upaya Terbaru Trump: Propaganda dan Tawaran UBI?
Setelah memenangkan pemilihan presiden 2024, Trump kembali menghidupkan ambisinya terhadap Greenland. JD Vance bahkan melakukan perjalanan ke Greenland untuk menyampaikan pidato kontroversial yang meremehkan kemampuan Denmark sebagai pelindung pulau tersebut.
Trump juga dilaporkan mempertimbangkan untuk menawarkan pembayaran tahunan sebesar $10.000 kepada setiap penduduk Greenland sebagai bentuk pendapatan dasar universal (UBI) jika mereka bersedia bergabung dengan AS. Selain itu, sebuah video propaganda yang mengklaim bahwa menjadi bagian dari AS adalah “takdir” Greenland juga telah dirilis.
Penolakan dari Masyarakat Greenland
Meskipun ada upaya propaganda dari Trump, mayoritas masyarakat Greenland menolak gagasan untuk bergabung dengan AS. Sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa 85% warga Greenland tidak ingin menjadi bagian dari AS.
Kemungkinan Penggunaan Kekerasan?
Ketika ditanya apakah ia akan mengesampingkan penggunaan kekerasan terhadap Greenland, Trump menjawab, “Saya tidak mengesampingkannya. Kita sangat membutuhkan Greenland untuk keamanan nasional dan bahkan keamanan internasional, dan kami bekerja dengan semua orang yang terlibat untuk mencoba mendapatkannya. Cepat atau lambat, kita akan mendapatkannya.”
Dengan tekad yang kuat dari Trump, masa depan Greenland masih menjadi pertanyaan. Apakah AS akan benar-benar menggunakan cara-cara ekstrem untuk mewujudkan ambisinya? Hanya waktu yang akan menjawab.
Leave a Reply