Studi: Rasa Kehilangan Akibat Perubahan Iklim Lebih Efektif Mengatasi Apatisme
Perubahan iklim seringkali terasa abstrak dan jauh bagi banyak orang. Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behavior menunjukkan bahwa rasa kehilangan akibat dampak nyata perubahan iklim dapat menjadi kunci untuk mengatasi apatisme dan mendorong tindakan nyata.
Bagaimana Kehilangan Mempengaruhi Persepsi Kita?
Studi ini menyoroti bagaimana penyajian data perubahan iklim dapat memengaruhi persepsi masyarakat. Alih-alih menyajikan tren suhu yang meningkat secara bertahap, para peneliti menemukan bahwa menampilkan data dalam format biner—misalnya, apakah sebuah danau membeku atau tidak setiap tahunnya—lebih efektif dalam membangkitkan kesadaran.
Grace Liu, seorang mahasiswa Ph.D. di Carnegie Mellon University dan penulis utama studi tersebut, terinspirasi oleh pengalamannya sendiri ketika meneliti hilangnya tradisi bermain seluncur es di Lake Carnegie, Princeton, akibat musim dingin yang semakin hangat. Ia menemukan bahwa meskipun orang-orang menyadari hilangnya tradisi tersebut, mereka tidak selalu menghubungkannya dengan perubahan iklim.
Data Biner: Kekuatan Kesederhanaan
Studi ini menggunakan dua jenis grafik untuk mempresentasikan data pemanasan musim dingin di sebuah kota fiksi. Grafik pertama menunjukkan peningkatan suhu secara bertahap dari waktu ke waktu. Grafik kedua menyajikan data yang sama dalam format biner: danau membeku atau tidak membeku.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang melihat grafik biner merasakan perubahan iklim sebagai sesuatu yang lebih mendadak dan signifikan. Rachit Dubey, seorang profesor komunikasi di University of California, Los Angeles, dan rekan penulis studi ini, menekankan bahwa kedua grafik tersebut menyajikan data yang sama, hanya dalam format yang berbeda. Penyajian biner menciptakan ilusi bahwa situasi telah berubah secara tiba-tiba, padahal sebenarnya perubahan terjadi secara bertahap.
Implikasi untuk Komunikasi Iklim
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi ilmuwan dan komunikator iklim. Alih-alih berfokus pada tren jangka panjang yang lambat, mereka harus menyoroti dampak nyata dan konkret dari perubahan iklim, seperti hilangnya tradisi musim dingin, pembatalan kegiatan musim panas akibat asap kebakaran hutan, atau perubahan cuaca ekstrem.
Jennifer Marlon, seorang ilmuwan riset senior di Yale Program on Climate Change Communication, mengatakan bahwa visualisasi data dapat menjadi alat yang ampuh untuk komunikasi iklim, tetapi seringkali tidak efektif karena ilmuwan tidak terlatih dalam visualisasi data. Ia menambahkan bahwa visualisasi biner dapat digunakan untuk menyampaikan urgensi mengatasi perubahan iklim, meskipun dengan mengorbankan kompleksitas dan kekayaan data.
Contoh Nyata: Garis Iklim
Salah satu contoh visualisasi data yang efektif adalah “garis iklim” yang dikembangkan oleh Ed Hawkins dari University of Reading. Garis-garis vertikal berwarna biru (tahun dingin) dan merah (tahun hangat) secara visual menunjukkan bagaimana suhu global telah meningkat dari waktu ke waktu. Studi ini menjelaskan mengapa visualisasi garis iklim sangat populer dan beresonansi dengan banyak orang: visualisasi ini menyederhanakan tren bertahap menjadi gambar biner yang mudah dipahami.
Kesimpulan
Studi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana kita dapat lebih efektif mengomunikasikan risiko perubahan iklim. Dengan menyoroti rasa kehilangan dan menggunakan visualisasi data yang sederhana dan konkret, kita dapat membantu membangkitkan kesadaran dan mendorong tindakan nyata untuk mengatasi tantangan iklim yang mendesak ini.
Leave a Reply