Delta Air Lines Diizinkan Menuntut CrowdStrike Atas Gangguan Komputer Massal

Delta Air Lines Melanjutkan Gugatan Terhadap CrowdStrike Atas Lumpuhnya Sistem

Delta Air Lines mendapat lampu hijau untuk melanjutkan gugatan terhadap perusahaan keamanan siber CrowdStrike terkait gangguan sistem yang melumpuhkan ribuan penerbangan pada Juli 2024 lalu. Keputusan ini diambil oleh hakim federal setelah sebelumnya CrowdStrike berusaha untuk membatalkan kasus tersebut.

Penyebab Gangguan dan Dampaknya

Gangguan besar-besaran yang disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah IT ini, disebabkan oleh pembaruan perangkat lunak yang bermasalah dari CrowdStrike. Pembaruan ini menyebabkan jutaan komputer di seluruh dunia mengalami Blue Screen of Death (BSOD).

Kerugian akibat gangguan ini diperkirakan mencapai $5,4 miliar untuk perusahaan-perusahaan Fortune 500 di Amerika Serikat. Delta Air Lines menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan pembatalan sekitar 7.000 penerbangan dan kerugian pendapatan serta biaya tambahan mencapai $550 juta.

Alasan Gugatan Delta Air Lines

Delta menuduh CrowdStrike melakukan kelalaian berat karena tidak melakukan pengujian yang memadai sebelum meluncurkan pembaruan perangkat lunak tersebut. Mereka berpendapat bahwa jika CrowdStrike melakukan pengujian pada satu komputer saja, kesalahan pemrograman tersebut dapat terdeteksi sebelum menyebabkan gangguan global.

Selain itu, Delta juga menuduh CrowdStrike melanggar janji untuk tidak menambahkan “pintu belakang tidak sah” ke dalam sistem komputer mereka.

Pembelaan CrowdStrike

CrowdStrike berpendapat bahwa hukum Georgia melarang Delta untuk menuntut ganti rugi ekonomi melalui klaim tort. Mereka juga mengklaim bahwa Delta adalah “pengecualian” yang menolak bantuan dan bahwa sistem internal Delta sendiri mungkin memperburuk insiden tersebut. CrowdStrike menunjuk pada fakta bahwa maskapai penerbangan lain pulih lebih cepat dari gangguan tersebut.

CrowdStrike juga berdalih bahwa respons cepat dan transparan mereka terhadap insiden tersebut seharusnya meringankan tanggung jawab mereka. Namun, insiden pemberian kartu hadiah permintaan maaf UberEats senilai $10 yang tidak berfungsi setelah kejadian tersebut justru memperburuk citra mereka.

Keputusan Pengadilan dan Langkah Selanjutnya

Hakim Kelly Lee Ellerbe dari Pengadilan Tinggi Fulton County memutuskan bahwa Delta dapat mencoba membuktikan kelalaian berat CrowdStrike. Keputusan ini sebagian didasarkan pada pernyataan presiden CrowdStrike sendiri, Michael Sentonas, yang mengakui bahwa perusahaan telah melakukan kesalahan yang “sangat buruk” dalam insiden tersebut.

Meski demikian, pengacara CrowdStrike, Michael Carlinsky, yakin bahwa pengadilan akan memutuskan bahwa kasus Delta tidak memiliki dasar atau membatasi ganti rugi menjadi “jutaan dolar satu digit”.

Gugatan Balik untuk Delta

Selain menghadapi gugatan dari Delta, Delta Air Lines juga menghadapi gugatan dari penumpang yang ditolak pengembalian dana penuh untuk penerbangan yang dibatalkan akibat gangguan tersebut. Kasus ini menunjukkan bahwa baik CrowdStrike maupun Delta harus bertanggung jawab atas dampak dari insiden ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *