Summer Game Fest: Ketika Industri Game Mencoba Terlalu Keras
Setelah PlayStation Showcase, rangkaian acara promosi game musim panas dimulai dengan Summer Game Fest (SGF). Acara ini menampilkan berbagai teaser, sekuel, dan game baru. Namun, SGF tahun ini terasa berbeda, terutama di tengah kondisi industri game yang penuh tantangan.
Kondisi Industri Game yang Penuh Tantangan
Industri game sedang mengalami masa sulit. Belum lama ini, EA membatalkan game Black Panther dan menutup developer Cliffhanger. Gelombang PHK terus berlanjut sejak 2023, bahkan terjadi setiap hari. Harapan untuk ‘bertahan hingga 2025’ kini berubah menjadi sekadar ‘bertahan hidup’ karena studio dan game terus berguguran.
Selain itu, peluncuran Nintendo Switch 2 yang kurang menggembirakan dan situasi politik di Amerika Serikat semakin menambah suasana suram. Wajar jika Summer Game Fest terasa kurang menyenangkan tahun ini.
Summer Game Fest: Mencari Jati Diri
Beberapa faktor lain yang memengaruhi suasana Summer Game Fest adalah tren yang dikejar industri. Banyak game bergenre souls-like, roguelike, dan shooter dengan berbagai variasi. Popularitas genre-genre ini tampaknya mulai menurun dan membuat penonton bosan.
Dibandingkan dengan PlayStation Showcase, SGF terasa kurang konsisten. Beberapa trailer seperti Resident Evil Requiem dan Wu-Tang: Rise of the Deceiver cukup menarik, namun yang lain kurang berkesan.
Identitas Summer Game Fest yang Belum Jelas
Setelah lima tahun berjalan, Summer Game Fest masih belum memiliki identitas yang jelas. Acara ini terasa seperti perpanjangan dari The Game Awards, yang memiliki energi berbeda berkat penampilan musik, selebriti, dan lelucon Muppet. Tanpa elemen-elemen tersebut, SGF terasa kurang ‘menyenangkan’.
SGF ingin menjadi E3, namun tidak ingin dianggap tidak sopan kepada media dan audiens. Geoff Keighley, sebagai pembawa acara, pernah dikritik karena kurang mengakui perjuangan industri game. Pembukaan SGF tahun ini dengan menyoroti game-game terlaris 2025, beberapa di antaranya dibuat oleh tim kecil, justru memperburuk keadaan.
Dilema Pengakuan dan Kritik
Keighley menekankan keberhasilan game yang dibuat oleh tim kecil, yang justru memicu perpecahan antara developer indie dan triple-A di tengah masa sulit. Narasi seputar pengembangan game dan siapa yang membuatnya sudah cukup buruk karena PHK dan pelecehan pemain. Momen ini menunjukkan dilema antara pengakuan dan kritik yang dihadapi Summer Game Fest.
Singkatnya, Summer Game Fest mencoba memberikan yang terbaik, namun justru terjebak dalam upaya yang berlebihan. Industri game membutuhkan lebih dari sekadar pertunjukan; dibutuhkan solusi nyata untuk mengatasi tantangan yang ada.
Leave a Reply