Klaim ‘Penjelajah Pertama’ Picu Kontroversi
Baru-baru ini, perjalanan Camilla Hempleman-Adams, seorang warga negara Inggris, melintasi wilayah Nunavut di Kanada menggunakan ski dan berjalan kaki menuai sorotan. Setelah menyelesaikan perjalanan sejauh 241 kilometer (150 mil) dari Qikiqtarjuaq ke Pangnirtung, Hempleman-Adams mengklaim sebagai wanita pertama yang melakukan perjalanan solo melintasi Pulau Baffin, pulau terbesar di Kanada. Klaim ini langsung memicu reaksi keras dari komunitas adat Inuit.
Seperti yang dilaporkan oleh BBC, anggota komunitas Inuit setempat membantah klaim tersebut, menganggapnya sebagai penghapusan sejarah masyarakat adat dan didorong oleh “sikap kolonial yang berbahaya.” Hempleman-Adams kemudian meminta maaf atas pelanggaran yang ditimbulkannya.
Awal Mula Klaim dan Reaksi Masyarakat Adat
Sebelum memulai ekspedisinya, Hempleman-Adams menulis di situs webnya bahwa “Parks Canada telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada catatan sejarah upaya solo wanita dari Qikiqtarjuaq ke Pangnirtung,” seperti yang dikutip oleh BBC. Setelah menyelesaikan ekspedisinya pada 27 Maret, berbagai media memberitakan keberhasilannya yang memecahkan rekor.
Gayle Uyagaqi Kabloona, seorang anggota komunitas Inuit setempat, mengungkapkan kekecewaannya melalui media sosial. “Berita minggu lalu datang dari seorang ‘penjelajah’ Inggris yang menjadi wanita pertama yang melintasi Pulau Baffin secara solo… Singkirkan fakta bahwa itu adalah ski sejauh 241km melintasi Semenanjung Cumberland, dan bukan Pulau Baffin (1500km). Jika Anda melihat lebih dalam, Anda akan melihat masalah yang lebih besar: penghapusan Inuit di tanah kami sendiri,” tulis Kabloona.
Penghapusan Sejarah dan Budaya
Kabloona menambahkan bahwa dalam pemberitaan, Pulau Baffin digambarkan sebagai tidak berpenghuni dan minim kehidupan. Ia menegaskan bahwa tidak mungkin seorang penjajah Inggris datang ke Inuit Nunaat (tanah air) pada tahun 2025 dan mengklaim penemuan apa pun. Kabloona meminta bantuan untuk “menyerukan perilaku bodoh dan rasis ini.” Ia meminta Hempleman-Adams untuk meminta maaf dan BBC untuk menarik kembali pemberitaannya.
Kabloona berpendapat bahwa kemungkinan besar seorang wanita adat telah melintasi Pulau Baffin sebelum Hempleman-Adams, meskipun tidak ada catatan resmi mengenai hal tersebut. Menurutnya, catatan tersebut tidak ada karena perjalanan semacam itu adalah “cara hidup normal” bagi masyarakat adat. Neneknya, misalnya, berjalan ratusan kilometer setiap tahun, seringkali dalam keadaan hamil, untuk mencari ikan dan berburu karibu.
Permintaan Maaf dan Langkah Selanjutnya
Dalam pernyataan tertulis kepada CBC News, Hempleman-Adams menegaskan bahwa dia telah memverifikasi klaimnya dengan Parks Canada dan para ahli di Qikiqtarjuaq dan Pangnirtung sebelum ekspedisi. “Namun, jika informasi ini tidak benar, saya meminta maaf tanpa syarat karena membuat klaim yang tidak benar dan menyebabkan pelanggaran,” tulisnya. “Saya sangat menghormati tanah ini, masyarakatnya, dan sejarah mereka. Saya telah melakukan perjalanan di wilayah ini berkali-kali dan sangat mengagumi alam, budaya, dan tradisinya… dan saya tetap berkomitmen untuk belajar dari pengalaman ini dan terlibat dengan masyarakat dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya.”
Hempleman-Adams telah menonaktifkan akun Instagram dan menghapus blog ekspedisinya. Kejadian ini menjadi pengingat penting tentang perlunya kehati-hatian dan sensitivitas budaya dalam penjelajahan dan pemberitaan, serta pentingnya mengakui sejarah dan pengalaman masyarakat adat.
Leave a Reply