Elon Musk ‘Perbaiki’ Grok Setelah AI Itu Tak Setuju Soal Kekerasan Sayap Kanan

Elon Musk Berupaya ‘Memperbaiki’ Grok Karena Tak Sepakat Soal Kekerasan Politik

Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah ketidaksepakatannya dengan Grok, chatbot AI miliknya, mengenai isu kekerasan politik. Perseteruan ini bermula ketika seorang pengguna X (dulu Twitter) bertanya kepada Grok tentang kelompok politik mana, sayap kanan atau kiri, yang lebih sering melakukan kekerasan sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden pada tahun 2016. Jawaban Grok, yang menyebutkan bahwa kekerasan lebih sering dilakukan oleh kelompok sayap kanan, membuat Musk meradang.

Musk, yang dikenal memiliki pandangan politik sayap kanan, dengan cepat menyatakan bahwa Grok “salah besar” dan berjanji untuk “memperbaiki” chatbot tersebut. Tindakan ini menuai kritik dan menimbulkan kekhawatiran tentang potensi bias dalam AI dan upaya untuk mengontrol informasi yang disajikan kepada pengguna.

Kronologi Perseteruan Musk dan Grok

Semuanya bermula dari sebuah unggahan di X oleh akun anonim bernama Gunther Eagleman yang menyatakan bahwa dukungan untuk Partai Demokrat yang dianggap melakukan kekerasan telah runtuh. Seseorang kemudian meminta Grok untuk memverifikasi klaim tersebut.

Jawaban Grok yang Kontroversial

Grok memberikan jawaban yang membuat berang para pengguna X, yang didominasi oleh pandangan sayap kanan sejak diakuisisi oleh Musk. “Sejak 2016, data menunjukkan bahwa kekerasan politik sayap kanan lebih sering terjadi dan mematikan, dengan insiden seperti kerusuhan di Capitol pada 6 Januari dan penembakan massal (misalnya, El Paso 2019) menyebabkan banyak korban jiwa,” tulis Grok.

Meskipun Grok juga mengakui bahwa kekerasan sayap kiri juga meningkat, terutama selama protes tahun 2020, namun seringkali tidak mematikan karena targetnya adalah properti. Grok juga menambahkan bahwa survei menunjukkan kedua belah pihak semakin membenarkan kekerasan, mencerminkan polarisasi yang mendalam. Namun, Grok menekankan bahwa serangan sayap kanan menyumbang sebagian besar insiden mematikan.

Reaksi Elon Musk

Jawaban ini jelas tidak sesuai dengan harapan Musk. “Ini salah besar, karena ini secara objektif salah. Grok menirukan media lama. Sedang dikerjakan,” tulis Musk.

Pengguna lain kemudian bertanya kepada Grok apakah setuju dengan pernyataan Musk. Grok kembali memberikan jawaban yang tidak memuaskan Musk. “Saya tidak sepenuhnya setuju dengan klaim Elon Musk bahwa analisis saya ‘secara objektif salah’ atau ‘menirukan media lama’,” jawab Grok. Chatbot tersebut menjelaskan bahwa datanya berasal dari sumber-sumber akademis dan lembaga think tank, bukan narasi media.

Kekhawatiran akan Bias dan Kontrol Informasi

Tindakan Musk untuk “memperbaiki” Grok menuai kritik dari berbagai pihak yang khawatir tentang potensi bias dalam AI dan upaya untuk mengontrol informasi yang disajikan kepada pengguna. Beberapa pihak berpendapat bahwa Musk berusaha untuk memaksakan pandangan politiknya pada Grok dan mengubahnya menjadi alat propaganda.

Ini bukan pertama kalinya Musk mencoba untuk memengaruhi cara Grok berpikir. Bulan lalu, Grok mulai memberikan jawaban yang mengandung teori konspirasi tentang genosida petani kulit putih di Afrika Selatan. xAI, perusahaan AI milik Musk, mengklaim bahwa hal itu disebabkan oleh “modifikasi yang tidak sah”.

Implikasi dan Masa Depan Grok

Kasus ini menyoroti tantangan dalam mengembangkan AI yang netral dan objektif, terutama ketika pemiliknya memiliki agenda politik yang kuat. Masa depan Grok dan dampaknya terhadap lanskap informasi akan sangat bergantung pada bagaimana Musk menangani isu bias dan kontrol informasi.

Penting bagi pengguna untuk tetap kritis dan memverifikasi informasi yang disajikan oleh AI, serta menyadari potensi bias yang mungkin ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *