Klaim Kontroversial Trump Picu Gelombang Meme ‘Lenyap’ di Media Sosial
Pernyataan Presiden Donald Trump pada 21 Juni lalu, yang mengklaim bahwa Amerika Serikat telah “melenyapkan” program nuklir Iran setelah serangan udara ke tiga lokasi nuklir, kini menjadi bumerang. Alih-alih memproyeksikan kekuatan, kepastian, dan kemenangan, kata “melenyapkan” justru menjadi bahan ejekan dan meme di berbagai platform media sosial.
Klaim ‘Lenyap’ Dibantah Laporan Intelijen
Gelombang reaksi negatif bermula setelah laporan dari CNN dan The New York Times mengutip penilaian intelijen AS yang bertentangan dengan retorika kemenangan Trump. Menurut bocoran temuan dari Badan Intelijen Pertahanan, serangan AS hanya menunda ambisi nuklir Iran selama beberapa bulan, dan tidak melenyapkan program tersebut secara keseluruhan.
Perbedaan informasi ini memicu badai sarkasme online. Pengguna media sosial ramai-ramai membuat meme dan komentar sinis terkait klaim “melenyapkan” Trump. Beberapa bahkan menyandingkannya dengan janji-janji kampanye Trump lainnya yang belum terealisasi.
Reaksi Trump: Serangan Balik ke Media
Menanggapi laporan media, Trump bereaksi keras. Melalui platform Truth Social, ia mengecam CNN dan The New York Times, menuntut agar reporter mereka segera dipecat. Ia menuduh mereka sebagai “orang jahat dengan niat jahat” dan bahkan mengisyaratkan tindakan hukum.
Pengacara Trump, Alejandro Brito, mengirimkan surat resmi kepada The New York Times, menyebut artikel tersebut “palsu,” “fitnah,” dan “tidak patriotik,” menuntut penarikan kembali dan permintaan maaf atas apa yang Trump klaim telah “merusak reputasinya.” Namun, baik CNN maupun The Times tetap mempertahankan laporan mereka.
Upaya Pembelaan dan Skeptisisme yang Meningkat
Kepala Pentagon Pete Hegseth mencoba membela narasi Trump, menyebut serangan itu sebagai “keberhasilan bersejarah” dan meremehkan laporan intelijen. Namun, komentar Hegseth justru semakin memicu skeptisisme online, terutama setelah ia mengakui bahwa komunitas intelijen AS “tidak tahu sejauh mana kerusakannya,” sementara pada saat yang sama mengklaim kehancuran total.
Pola Klasik Trump dan Dampaknya
Kejadian ini mengikuti pola yang sering terjadi dalam taktik politik Trump: membuat klaim berani, berlipat ganda, menyerang pers, dan menuduh kritik melakukan sabotase. Namun, dalam kasus ini, bukti yang ada dan kecepatan internet mengubah kata favoritnya menjadi bencana PR. Serupa dengan “covfefe” dan “hamberders”, “melenyapkan” kini menjadi bagian dari leksikon absurditas viral Trump, namun kali ini terkait dengan isu perang, bukan makanan cepat saji.
Respons Iran
Sementara itu, Iran mengakui adanya kerusakan akibat serangan tersebut. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menggambarkan serangan itu sebagai “signifikan,” meskipun tidak fatal. Ia menyatakan bahwa para ahli sedang melakukan penilaian penuh dan bahwa reparasi akan dicari.
Serangan udara AS pada 21 Juni lalu merupakan respons terhadap meningkatnya ketegangan setelah pemboman situs-situs Iran oleh Israel pada 12 Juni. Trump membingkai serangan itu sebagai unjuk kekuatan yang diperlukan, memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut dapat terjadi. Namun, pilihannya kata—”melenyapkan“—kini membentuk narasi pasca-pemboman lebih dari tindakan militer itu sendiri.
Leave a Reply