So Long, ‘Anthem’: Perpisahan dengan Game Live-Service BioWare di Angkasa

Perpisahan dengan ‘Anthem’: Akhir Sebuah Era untuk BioWare

Pada Februari 2019, BioWare, pengembang di balik Dragon Age dan Mass Effect, merilis Anthem, sebuah game third-person shooter di mana para Freelancer mengenakan setelan Javelin lapis baja untuk melawan monster dan berbagai faksi. Setelah tujuh tahun, EA secara permanen akan menutup game live-service ini pada 12 Januari 2026, menandai berakhirnya sebuah babak penting dalam sejarah studio.

Kisah Anthem penuh dengan liku-liku. Game ini mengalami masalah crunch dan konflik internal karena BioWare kurang memiliki pengalaman dalam mengembangkan game multiplayer dan third-person shooter secara bersamaan. Meskipun begitu, pada awalnya, game ini menjanjikan pengalaman bermain kooperatif empat pemain di dunia yang luas dengan setelan mech keren dan kekuatan dahsyat.

Harapan dan Kenyataan yang Berbeda

Di tengah pasar game live-service shooter yang didominasi oleh Destiny 2 dan Warframe, Anthem sempat diprediksi akan menjadi pesaing kuat. Namun, peluncurannya diwarnai dengan ulasan beragam dan pemain dengan cepat kehabisan konten. BioWare mencoba memperbaiki keadaan dengan DLC gratis dan rencana perombakan besar, termasuk peningkatan drop rate, penambahan bajak laut langit, dan kustomisasi Javelin yang lebih mendalam.

Sayangnya, pada tahun 2021, EA memutuskan untuk menghentikan pengembangan lebih lanjut. BioWare kemudian fokus pada game single-player seperti Mass Effect remasters dan Dragon Age: The Veilguard, yang awalnya direncanakan sebagai game live-service.

Warisan yang Kompleks

Meskipun berumur pendek, Anthem berhasil menjual 5 juta kopi. Selama bertahun-tahun, pemain masih sering memainkan game ini, menunjukkan adanya kecintaan terhadapnya. Bahkan, sebelum keputusan EA, ada harapan agar game ini mendapatkan kesempatan kedua seperti Final Fantasy XIV dan Destiny: The Taken King.

Namun, Anthem juga menjadi sasaran kritik pedas sebelum peluncurannya. Beberapa orang menganggap game ini dipaksakan oleh EA, sementara yang lain hanya ingin merundungnya karena mewakili tren game yang tidak mereka sukai. Sama seperti game AAA lainnya, Anthem menjadi wadah bagi frustrasi industri.

Pelajaran Berharga dari Kegagalan Anthem

Meskipun gagal memenuhi ekspektasi, Anthem memberikan pelajaran berharga. Upaya penerbit lain untuk menyaingi Destiny 2 dan game live-service lainnya juga seringkali tidak berjalan sesuai rencana. Berbeda dengan game lain, server Anthem tetap aktif selama hampir satu dekade, memberikan sedikit kelegaan bagi pengembang.

Bagi BioWare, Anthem menjadi noda yang lebih besar daripada Mass Effect: Andromeda karena merupakan IP baru tanpa dukungan waralaba yang mapan. Proyek ini juga memicu pertanyaan tentang masa depan BioWare dan peran EA dalam memaksakan ekspektasi yang tidak realistis pada game-game mereka.

Perpisahan yang Sepi

Tidak seperti kebangkitan Star Wars Battlefront II, Anthem tidak pernah memiliki momen untuk memulihkan basis pemainnya. Mungkin, perilisan di Steam bisa mengubah keadaan. Meskipun begitu, ada kemungkinan para pengembang akan mengenang atau mengkritik pengembangan dan rencana perombakan Anthem saat servernya ditutup pada Januari mendatang.

Pada akhirnya, Anthem adalah game yang kita dapatkan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Meskipun ada banyak kritik, pasti ada juga kenangan indah tentang potensi awalnya dan momen-momen seru saat terbang dan melakukan kombo di antara monoton dan grind.

Singkatnya, Anthem adalah keajaiban kecil yang sempat ada dan bernapas sebelum akhirnya menemui akhir yang tidak meriah. Meskipun banyak yang berharap game ini bisa lebih baik dan menyelesaikan perbaikannya, setidaknya kita bisa menikmati aksi terbang dan musik yang bagus dari pengalaman ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *