Waspada! Eropa Bekali Staf dengan Burner Phone Saat Kunjungan ke AS: Gelombang Ketakutan Akibat Kebijakan Trump?

Eropa Siapkan ‘Burner Phone’ untuk Staf yang Kunjungi AS: Kekhawatiran Meningkat di Era Trump

Komisi Eropa mengambil langkah ekstrem dengan membekali stafnya yang melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dengan burner phone dan laptop sederhana. Tindakan ini diambil menyusul meningkatnya kekhawatiran mengenai risiko keamanan yang dihadapi pengunjung di AS, terutama terkait dengan kebijakan yang diterapkan di bawah pemerintahan Donald Trump.

Menurut laporan dari Financial Times, kekhawatiran ini berakar pada dugaan peningkatan pengawasan dan potensi penyalahgunaan wewenang oleh petugas perbatasan AS. Kebijakan pemerintahan Trump yang kontroversial, termasuk penyitaan perangkat elektronik dan pemeriksaan mendalam terhadap data pribadi, telah menimbulkan ketidakpastian dan rasa takut di kalangan pelancong internasional.

Pemeriksaan Perangkat Elektronik dan Penolakan Masuk: Realitas Baru di Perbatasan AS

Beberapa laporan menunjukkan bahwa petugas perbatasan AS sering menyita telepon seluler dan mengklaim hak untuk memeriksa perangkat pribadi siapa pun sebelum diizinkan masuk ke negara tersebut. Kisah-kisah tentang peneliti dan akademisi yang ditolak masuk ke AS karena pandangan politik mereka yang dianggap tidak sesuai dengan kebijakan Trump semakin memperburuk citra AS di mata dunia.

Kasus seorang ilmuwan Prancis yang ditolak masuk karena pesan teks yang mengkritik Trump menjadi contoh nyata. Selain itu, warga negara lain seperti Australia dan Kanada juga melaporkan pengalaman buruk, termasuk penahanan dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Dampak Luas: Pembatalan Konferensi dan Penjualan Rumah Liburan

Ketidakpastian dan kekhawatiran ini telah memaksa banyak orang untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan mereka ke AS. Para peneliti di Australia, misalnya, semakin enggan untuk melakukan perjalanan ke AS karena khawatir akan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Society for Social Studies of Science bahkan memutuskan untuk mengubah konferensi mereka menjadi acara hibrida (tatap muka dan daring) karena ancaman terhadap kebebasan pribadi.

Turunnya Minat Wisata dan ‘Eksodus’ Rumah Liburan

Selain itu, jumlah penerbangan ke AS dari Eropa dan Kanada dilaporkan menurun. The Wall Street Journal melaporkan bahwa warga Kanada mulai menjual rumah liburan mereka di AS karena “takut dengan apa yang mungkin terjadi.” Situasi ini mencerminkan dampak negatif dari kebijakan Trump terhadap citra AS sebagai tujuan wisata dan investasi.

Deportasi dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Tuduhan ‘Fasisme’ Semakin Menguat

Kebijakan imigrasi pemerintahan Trump juga menjadi sorotan, dengan tuduhan bahwa AS berusaha mendeportasi individu berdasarkan motif politik. Kasus Mahmoud Khalil dan Rumeysa Ozturk, mahasiswa pro-Palestina yang ditahan dan terancam deportasi, menimbulkan kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi.

Trump bahkan menyatakan keinginannya untuk mendeportasi warga negara Amerika ke El Salvador, menunjukkan potensi eskalasi kebijakan imigrasi yang kontroversial.

Masa Depan yang Tidak Pasti: Implikasi bagi Hubungan Internasional dan Kebebasan Sipil

Situasi ini menempatkan AS dalam posisi yang sangat berbahaya. Pengawasan dan pembatasan kebebasan sipil yang semakin ketat mengancam nilai-nilai demokrasi yang selama ini dijunjung tinggi. Bagi mereka yang memiliki pilihan, menghindari perjalanan ke AS tampaknya menjadi pilihan yang bijaksana untuk saat ini. Masa depan hubungan internasional dan kebebasan sipil di AS di bawah kepemimpinan Trump tampak semakin tidak pasti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *