Netflix’s ‘Leviathan’: Perpaduan Anime Jepang dan Imajinasi Barat yang Memukau

‘Leviathan’ Netflix: Kolaborasi Anime Jepang dan Sentuhan Barat yang Inovatif

Netflix kembali menghadirkan gebrakan di dunia anime dengan ‘Leviathan’, sebuah proyek kolaborasi antara Studio Orange (terkenal dengan ‘Beastars’) dan QubicPictures (produser ‘Star Wars: Visions’). Adaptasi ini menandai langkah besar Netflix, bersama Crunchyroll, dalam menghadirkan novel Barat ke dalam format anime, mengikuti jejak Answer Studio dengan ‘Anne Shirley’.

Diadaptasi dari novel steampunk alternatif sejarah Perang Dunia I karya Scott Westerfeld dan Keith Thompson (2009), ‘Leviathan’ menjanjikan lebih dari sekadar replika mentah-mentah dari materi aslinya. Dengan keterlibatan aktif pencipta aslinya, Qubic dan Orange berupaya menciptakan adaptasi yang berkembang menjadi reimagining yang kaya secara budaya dan memukau secara visual, baik bagi penggemar lama maupun penonton baru dari kisah fantastis ini.

Proses Adaptasi ‘Leviathan’: Tantangan dan Terobosan

io9 berkesempatan mewawancarai Yoshihiro Watanabe, produser dari Studio Orange, bersama Justin Leach dan Kat Minett dari Qubic Pictures, tentang bagaimana kolaborasi mereka untuk mengadaptasi novel Westerfeld menjadi anime terwujud, terobosan dan tantangan teknis dan artistik yang mereka hadapi dalam menghidupkan anime 3DCG ini, dan apakah ada rencana untuk proyek lebih lanjut di dunia ‘Leviathan’.

Mengapa ‘Leviathan’?

Justin Leach menjelaskan bahwa Qubic Pictures dan Studio Orange tertarik mengadaptasi karya steampunk Barat ini ke dalam animasi Jepang karena terpesona oleh pembangunan dunia yang hidup dari Scott Westerfeld dan penceritaan visual yang rumit dari Keith Thompson. ‘Leviathan’ secara unik memadukan mesin steampunk dengan bioteknologi organik, yang sangat beresonansi dengan kecintaan anime terhadap alam semesta yang imajinatif dan detail.

Yoshihiro Watanabe menambahkan bahwa Studio Orange mencari proyek berikutnya setelah ‘Trigun Stampede’. ‘Leviathan’ memiliki karakter-karakter menarik yang kuat, yang paling cocok dan juga menantang hal-hal baru dengan prinsip penceritaan dan animasi mereka.

Keterlibatan Scott Westerfeld dan Keith Thompson

Scott dan Keith terlibat secara mendalam sejak awal, menawarkan wawasan berharga dalam mempertahankan esensi novel sambil mengadaptasinya ke dalam format anime. Scott memberikan panduan tentang penggambaran karakter, kecepatan narasi, dan alur karakter untuk memastikan resonansi emosional dalam adaptasi. Referensi visual Keith yang mendetail, pengetahuan ensiklopedis, dan desain asli membantu Studio Orange menerjemahkan estetika Clanker dan Darwinist ke dalam animasi secara setia, memberikan dasar yang kuat dari mana studio dapat berkembang secara kreatif sambil tetap setia pada materi sumber.

Sentuhan Visual yang Unik: Perpaduan Mekanik dan Organik

Studio Orange, yang terkenal sebagai salah satu studio produksi animasi terbaik dalam hal animasi 3D, menghadirkan perpaduan mesin perang mekanik dan pesawat udara hasil rekayasa genetika dalam ‘Leviathan’, memberikan pertunjukan gaya visual yang unik dibandingkan dengan karya-karya Orange sebelumnya. Mereka menciptakan kontras visual yang tajam antara dunia Clanker dan Darwinist untuk menyoroti latar belakang Alek dan Sharp yang berbeda.

Untuk peralatan mekanik Clanker, Orange menggunakan teknik pemodelan dan rigging 3D canggih, berkolaborasi erat dengan desainer mecha khusus untuk mengintegrasikan kompleksitas mekanik yang detail. Sebaliknya, pesawat Darwinist menampilkan desain organik dan cair untuk menggarisbawahi kehangatan biologis mereka.

Tantangan dan Hadiah dalam Adaptasi

Salah satu tantangan signifikan adalah menangkap skala besar dan detail rumit dari HMS Leviathan dalam kaitannya dengan karakter di dalamnya dan berbagai musuh yang dihadapi Leviathan sepanjang seri. Studio Orange mengembangkan alur kerja animasi baru untuk memadukan interaksi dinamis dengan penampilan emosional yang halus.

Secara artistik, menggambarkan kemegahan pertempuran ‘Leviathan’ di samping momen-momen berbasis karakter yang intim membutuhkan penyeimbangan skala epik dengan narasi pribadi—proses kreatif yang rumit namun sangat bermanfaat.

Sentuhan Musik dari Joe Hisaishi

Kolaborasi dengan Joe Hisaishi, komposer legendaris di balik banyak soundtrack Studio Ghibli, adalah impian yang menjadi kenyataan. Musiknya memainkan elemen inti dari konsep pertunjukan. Lagu-lagu dari Joe Hisaishi dibuat cukup awal karena ditampilkan oleh karakter dalam pertunjukan, jadi tim produksi perlu membuat animasi di sekitarnya. Sejak awal, sutradara ingin musik menjadi bagian penting dari pertunjukan, dan lagu-lagu itu adalah jendela ke dalam emosi karakter.

Masa Depan ‘Leviathan’ di Netflix

Meskipun seri ini mencakup ketiga buku, kekayaan alam semesta ‘Leviathan’ dan kedalaman narasi trilogi siap untuk eksplorasi lanjutan. Jika audiens merespons secara positif, dan menerima restu dari Netflix dan Scott, mereka akan sangat terbuka untuk menciptakan petualangan lebih lanjut di dunia yang menarik ini dan memperdalam narasi karakter yang diperkenalkan musim ini.

‘Leviathan’ sedang tayang di Netflix. Siapkah Anda menyelami dunia steampunk yang memukau ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *