Ironi Bantuan Makanan: Dari Lumbung Pangan ke Tungku Pembakaran
Sebuah ironi pahit terjadi dalam kebijakan bantuan kemanusiaan Amerika Serikat. Setelah memangkas secara signifikan operasi bantuan kemanusiaan di awal tahun ini, pemerintahan Trump kini menghadapi surplus makanan yang tak terpakai. Solusi yang ditawarkan? Pembakaran.
Inisiatif pemotongan biaya yang digagas oleh Elon Musk melalui Departemen Efisiensi Pemerintahannya, telah berdampak besar pada U.S. Agency for International Development (USAID). Sejak Februari, situs web agensi ini sempat *offline*, diikuti dengan pemangkasan staf besar-besaran yang praktis melumpuhkan operasionalnya. Pemerintah bahkan berencana menutup permanen USAID dan mengintegrasikan operasinya ke dalam Departemen Luar Negeri. Akibatnya, populasi di seluruh dunia yang bergantung pada bantuan AS terancam kelaparan dan kematian.
Bantuan Makanan Senilai Ratusan Ribu Dolar Akan Dibakar
Dilansir dari *The Atlantic*, sekitar $800.000 (sekitar 12 Miliar Rupiah) biskuit berenergi tinggi yang dipesan oleh USAID di bawah pemerintahan Biden, kini terancam dimusnahkan. Biskuit ini, yang seharusnya didistribusikan oleh World Food Programme, ditujukan untuk anak-anak yang menderita kelaparan di Pakistan dan Afghanistan.
Para pekerja USAID telah memperingatkan pemerintahan Trump tentang urgensi pendistribusian makanan sebelum kedaluwarsa. Meskipun pejabat, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, telah berjanji untuk melakukannya, tampaknya semua sudah terlambat. Makanan tersebut akan kedaluwarsa besok.
Alih-alih mengirimkan biskuit tersebut kepada yang membutuhkan, pemerintah berencana menghabiskan tambahan $130.000 (sekitar 2 Miliar Rupiah) untuk membakarnya menjadi abu. Sebuah tindakan yang sangat disayangkan.
Pemborosan Terbesar dalam Sejarah Bantuan Kemanusiaan?
Beberapa pejabat USAID yang diwawancarai oleh *The Atlantic* menyatakan bahwa penghancuran biskuit ini merupakan salah satu pemborosan makanan terbesar yang pernah mereka saksikan selama bertugas di agensi tersebut.
Seorang staf USAID bahkan mengatakan bahwa dia belum pernah melihat begitu banyak biskuit yang dibuang selama puluhan tahun bekerja di bidang bantuan kemanusiaan. Biasanya, kehilangan makanan terjadi karena penyimpanan yang tidak tepat, banjir, atau gangguan dari kelompok teroris, tetapi itu pun hanya dalam skala puluhan ton per tahun. Namun, kali ini, pemerintah AS menyerah pada makanan yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
Lebih Banyak Makanan Terancam Musnah
Situasi semakin memburuk dengan laporan dari *The Atlantic* bahwa lebih banyak makanan berpotensi kedaluwarsa dan harus dimusnahkan. Ratusan ribu kotak pasta makanan darurat juga menumpuk di gudang-gudang Amerika. Termasuk sekitar 60.000 metrik ton makanan yang sudah dibeli oleh pemerintah, kini hanya “duduk” di gudang-gudang di seluruh dunia. Nasib makanan-makanan ini masih belum jelas.
Dampak Mengerikan dari Pemangkasan Bantuan
Pemangkasan operasi bantuan AS mengancam komunitas di seluruh dunia. Sebuah studi yang diterbitkan di *The Lancet* awal bulan ini memperkirakan bahwa pemotongan dana ke USAID dapat menyebabkan 14 juta kematian dalam lima tahun ke depan, termasuk banyak anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Alasan pasti di balik penghancuran USAID masih belum jelas, selain klaim tentang perlunya “efisiensi” pemerintah. Musk juga menyebut agensi tersebut sebagai “jahat” dan “organisasi kriminal,” tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Keputusan untuk membakar bantuan makanan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang prioritas dan nilai-nilai yang dipegang oleh pemerintah saat ini. Di saat jutaan orang di seluruh dunia menderita kelaparan, tindakan ini terasa sangat tidak manusiawi dan ironis.
Leave a Reply